Cari Blog Ini

foto

foto
debat bahasa Arab tingkat Asean

Rabu, 05 Mei 2010

METODE PENELITIAN SEJARAH

Metode Penelitian Sejarah

Pengertian
Metode Penelitian Sejarah lazimjuga disebut metode sejarah. Metode itu sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode disini dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah ” science of methods”, yakni ilmu yang membicarakan jalan. Adapun yang dimaksud dnegan penelitian menurut Florence M.A. hilbish (1952), adalah penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori.
Metode sejarah dalam pengertian umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis.
Pengertian yang lebih khusu, sebagaimana dikemukakan Gilbert J. Garragham (1957:33), bahwa Metode Penelitian Sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif , menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottchalk (1983:32) menjeklaskan Metode Sejarah sebagai” proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemuka data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverivikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Ciri-ciri Penelitian Histori
Ciri-ciri yang ada pada penelitian sejarah adalah sebagai berikut:
1. Penelitian historis lebih bergantung kepada data yang diobservasi orang lain daripada yang diopservasi oleh peneliti sendiri.
2. Penelitian historis haruslah tertib-ketat, sistematis, dan tuntas.
3. Penelitian historis bergantung pada dua macam data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti(penulis) secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hail observasi orang lain yang satui kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya.
4. Untuk menentukan bobot data biasanya dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan internal
5. Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih luas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.

Sumber-sumber Data Dalam Penelitian Sejarah
Apabila sumber sejarah ditinjau dari sengaja atau tidak sengaja sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dibagi menjadi dua yaitu: Remain dan Dokumen.
Remain adalah bahan-bahan tulisan yang mempunyai nila-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Seperti alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno dan sebagainya.
Dokumen adalah laporan dari kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran manusia di masa lampau. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Seperti: buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar, relief-relief pada candid an sebagainya.( Nazir, 2005: 49)
Oleh Nevis (1983: 50), sumber sejarah dibagi sebagai berikut:
• Pertinggal fisis: tempat-tempat bersejarah, paramida, pot-pot, senjata, gedung dan sebagainya.
• Cerita secara oral: balada, cerita rakyat, legenda, tradisi-tradisi dan sebagainya.
• Materi tulisan tangan: papyrus, hiroglif, dokumen-dokumen modern dan sebagainya.
• Buku dan cetakan
• Bahan audio visual: film-film, televise, kaset, radio dan sebagainya.
• Observasi secara langsung.

Ada beberapa sumber penelitian sejarah, yaitu:
1. Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku peristiwa itu sendiri, dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber primer lainnya seperti dokumen asli, relief, dan benda-benda peninggalan masyarakat sejarah.
2. Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Seperti buku catatan yang berkaitan dengan peristiwa, artikel, buku sejarah, dan review penelitian.

Langkah-langkah Penelitian Sejarah
Langkah-langkah penelitian sejarah pada umumnya mencakup beberapa langkah penting, seperti berikut:
1. Menentukan permasalahan penelitian yang diharapkan mempunyai manfaat ganda, yaitu bermanfaat bagi masyarakat dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Menyatakan tujuan penelitian, hypothesis and research questions yang akan memberikan arah dan fokus penelitian.
3. Mengumpulkan data termasuk di dalamnya menetapkan populasi, besarnya sample, dan metode pengumpulan data.
4. evaluasi data dengan menggunakan kritik eksternal maupun internal.
5. Melapor hasil penelitia kepada masyarakat, termasuk melengkapi komponen-komponen penelitian dan mengkomunikasikan kedalam jurnal ilmu pengetahuan.

Kritik Terhadap Keaslian Sumber
Salah satu tanggung jawab peneliti adalah kemampuan mendeteksi kebenaran suatu dokumen ataukah dokumen tersebut sengaja diproduksi untuk memberikan keterangan yang salah. Kita harus hati-hati dalam memikirkan kebenaran suatu benda peninggalan, kecuali sudah diusahakan melalui metode ilmiah untuk menentukan keasliannya. Ini berarti perlu mengkritiknya dengan cermat mengenahi bahan sumber data , baik kritk Internal dan kritik Eksternal.
a. kritik Enternal
Pada dasarnya, kritik Eksternal meliputi penemuan kita jika bahan sumber itu asli dan memiliki integfritas tekstual. (Gay, dkk.,1972). Dalam pembuatan Kritik Eksternal terhadap suatu data, ia terlibat dalam pengecekan keaslian data saja; ia melakukan pemeriksaan bentuk dan penampilan data dari pada hanya mengartikan maksud data.(Sevilla, 1981: 55)
b. kritik Internal
Setelah kita mengetahui dengan pasti keaslian bahan-bahan, lalu kita menentukan teks dari dokumen asli, atau bila bahan telah lolos dari kritik eksternal, dan sekarang melakukan lkritik internal. Dalam kritik internal ini adalah mengenai kritik-kritik teks. Namun demikian, perhatian kita perlu dicurahkan pada faktor-faktor lain seperti kemampuan, kejujuran, keadaan, Dan prasangka penulis. Kita perlu menentukan keadaan ketika penulismembuat dokumen tersebut, termasuk dasar pemikiran yang digunakan dalam proses memproduksi bahan dan kebenaran penafsiran yang akan diberikan pada data tersebut. Dalam kritik internal, penyelidikan sejarah menentukan arti dan layaknya pertanyaan yang terdapat dalam suatu dokumen.ia menentukan arti sesungguhnya dari suatu pernyataan, kopetensi pengamatan.( Sevilla, 1981:59)

Dalam hal ini harus diuji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melaui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber yang ditelusurimelaui kritik intrn.
1. Keaslian Sumber
Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber yang berarti ia menyekleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanny, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya dan segi penampilan luarnya yang lain. Otoritas itu dapat diuji berdasarka pada lima pertanyaan:
1. Kapan sumber itu dibuat? Peneliti harus menemukan tanggal pembuatan dokumen.
2. Dimana sumber dibuat? Peneliti harus tahu asal usul dan lokasi pembuatan sumber.
3. Siapa yang membuat? Hal ini mengharuskan adanya penyelidikan atas kepengarangan.
4. Dari bahan apa sumber dibuat?
5. Apakah sumber itu dalam bentuk asli?

2. Kesahihan Sumber
Kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling menentukan sahih tdaknya bukti atau fakta sejarah tersebut. Menurut Gilbert J. Garraghan,kekeliruan saksi pada umumnya ditimbulkan oleh dua sebab:
1. Kekeliruan dalam sumber informasi dalam usaha menjelaskan, menginterpretasikan, atau menarik kesimpulan dari suatu sumber.
2. Kekeliruan dalam sumber formal.

Peranan Hipotesis Dalam Penelitian Sejarah
Isi hipotesis adalah kesimpulan sementara yang dinyatakan dari landasan atau tinjauan pustaka. Sebuah pendapat menyebutkan bahwa ”suatu penelitian bertolak dari hipotesis ataupun tidak, bukanlah syarat mutlak yang menentukan sifat ilmiah dari suatu penelitian” (Koentjaraningrat, 1989:28). Pendapat lain mengatakan ”selama penelitian itu hanya terbatas pada pengumpulan fakta-fakta, hipotesis tidak diperlukan”. Namun menurut Winarno Surakhmad, penelitian yang sekedar nmengumpulkan fakta bukanlah penelitian dalam arti sebenarnya. Oleh karena itu penelitian historis yang bertujuan menemukan generalisasi dan memberikan pengertian fenomena dalam dimensi waktu, mestilah memerlukan hipotesis (Surakhmad, 1985:138).

Referensi
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Prof. Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta:PT Logos Wacana Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar